Selamat Datang Di Blog ini...

REUNI KELUARGA BESAR MBAH BUYUT




REUNI KELUARGA BESAR MBAH BUYUT


Mbah Buyut Ali Murjo
Acara reuni keluarga merupakan kegiatan temu kembali mempererat tali kekerabatan kami, sehingga suasana kekerabatan menjadi semakin akrab dan erat.  Karenanya reuni keluarga juga merupakan ajang temu keluarga untuk menumpahkan rasa kangen yang mendalam di tengah -tengah kesibukan kita masing-masing. Lebih dari itu kita juga bisa berbagi cerita dalam suka dan duka. 



Hal yang demikian akan dapat  menambah wawasan anak cucu untuk turut serta mengikuti jejak pendahulunya. Menjaga ikatan ini tetap terjalin adalah sesuatu yang penting. Apalagi anak-anak tumbuh dengan cepat. Mereka perlu mengetahui dari mana mereka berasal melalui pertemuan keluarga besar. Semakin dewasa, ia akan semakin menghargai nilai-nilai kekeluargaan.



Di sisi lain reuni keluarga juga merupakan upaya melestarikan kebiasaan bersilaturahmi. Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat mulia, mudah dan membawa berkah. Dengan silaturahmi juga dapat membukakan pintu rizki dan kesuksesan.

Terutama bagi umat Islam hendaknya tidak memutuskan tali silaturahmi, Karenanya Allah SWT telah memperingatkan bahwa memutus tali silaturrahmi adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam agama Islam. 



Menurut Abu Laits Samarqandi, silaturahmi memiliki 10 mantaat antara lain:

1.  Mendapatkan ridha dari Allah SWT.

2. Membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda Rasulullah    SAW, yaitu “Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia.”

3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.

4. Disenangi oleh manusia.

5. Membuat iblis dan setan marah.

6. Memanjangkan usia.

7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.

8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.

9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.

10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.

Berita Duka Bu Wiwik

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un .. telah berpulang ke rahmatullaah Sdri. kita Bu Wiwik (istri dari Bpk. Sukardi.) Sukun Gg. X Malang  17 Oktober 2016 pada Pkl. 21.10 Wib, di Rumah Duka Sukun Gg. X Malang.
Semoga diterima amal ibadahnya, diampuni dosa-dosanya dan keluarga yang ditinggalkan tetap diberi kekuatan iman dan Islam. Amin.. YRA..

Cara Menyikapi Datangnya Musibah Yang Menimpa Diri (Bagian II)

Memikirkan segala dosa dan kesalahan
Cara Menyikapi Datangnya Musibah Yang Menimpa Diri (Bagian II) | Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam Bagian I bahwa yang dimaksud dengan musibah tidak lain adalah kejadian / peristiwa yang menyedihkan sedang menimpa manusia.  Kejadian/peristiwa yang dimaksud adalah kejadian/peristiwa yang mengandung unsur-unsur seperti:  bencana, kecelakaan, kerugian, kehilangan, kematian, rasa sakit, dan lain sebagainya. Jika demikian yang dimaksud musibah, lalu mengapa Allah SWT menimpakan musibah kepada kita manusia.
Baca juga: Cara Menyikapi Datangnya Musibah Yang Menimpa Diri (Bagian I) postingan sebelumnya.

Musibah dalam bentuk apapun yang datang menimpa kita, maka pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebabnya. Sungguh tidaklah mungkin Allah SWT melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya, dan yakinlah akan ada  hikmah atas datangnya musibah  tersebut. Selanjutnya, bagaimana seharusnya manusia bersikap terhadap musibah  yang menimpanya, tidak lain adalah mengikuti tuntunan agama Islam.

Sikapilah Musibah itu Sebagai Ujian


Setiap hamba Allah yang  beriman dan benar-benar bertaqwa kepadaNya  akan menghadapi musibah yang tidak bisa dihindarinya. Sungguh Allah SWT telah mencoba umat terdahulu. Dengan ujian itu Allah SWT mengetahui siapakah hambaNya yang benar-benar bertaqwa dan siapakah yang dusta. Beberapa firman Allah tentang musibah sebagai ujian adalah sebagaimana berikut.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran,

Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan beri kabar gembiralah  kepada orang-orang yang sabar (tabah).  (Orang-orang yang sabar ialah) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).

Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga berfirman,

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian. Dan Kami datangkan kepadamu kesusahan dan kesenangan sebagai ujian. Dan kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiyaa`: 35)

Berdasarkan firman Allah SWT sebagaimana tersebut di atas, jelaslah bahwa Allah SWT akan menguji setiap yang namanya manusia dengan cara-cara yang Allah SWT kehendaki agar mereka menyadari bahwa Kita ini milik Allah, dan kepadaNya kita kembali. Karenanya apabila kita mengakui bahwa kita adalah milikNya, maka kita harus sadar bahwa Allah berhak melarang dan memerintah kita, baik kita suka maupun tidak suka. Tak terkecuali diri kita, demikian juga harta kita, keluarga kita adalah milikNya juga.

Selanjutnya Allah SWT menegaskan bahwa Allah SWT akan menguji setiap orang yang mengaku beriman, sebagaimana dalam firmanNya Allah menyatakan:

Apakah manusia mengira cukup (begitu saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)

Setiap ujian yang diberikanNya semata-mata hanya agar hambaNya menjadi lebih baik di hadapanNya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah shallalahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Barangsiapa dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya”. (HR. Bukhari).

Hikmah serupa yang terkandung dalam musibah dan cobaan dari Anas ibn Malik radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan : Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang ridha menerima cobaanNya, maka ia akan menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa menerimanya, niscaya ia akan menerima kermurkaan Allah". (HR. Tirmidzi)

Demikianlah cara Allah SWT menguji manusia, untuk melihat siapa diantara hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar diucapkan melalui lisan, melainkan harus tertanam di dalam hati dan diwujudkan dalam tindakan dan amal perbuatan. Dan Allah SWT akan menguji mereka susuai dengan derajat keimanannya. Semakin tinggi derajat keimanan seseorang akan semakin berat pula ujian yang akan diterimanya.   
Apabila mereka bersabar dan teguh dalam menerima datangnya musibah sebagai ujian, maka mereka berarti jujur dalam imannya. Namun jikalau mereka menyimpang dan berpaling dari agamanya ketika mendapat ujian, maka mereka itu berarti dusta dalam pengakuannya. Dari sini akan terbukti siapa diantara hambaNya yang memiliki derajat keimanan lebih tinggi. Itulah mereka yang semakin dekat dengan Allah SWT walau ditimpa ujian yang berat sekalipun.
Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di hadapanNya.

Sikapilah Musibah itu Sebagai Teguran

Kecintaan Allah kepada hamba-Nya tidak selalu berupa kenikmatan namun kadang kala berupa musibah. Datangnya musibah yang menimpa diri kita lebih disebabkan oleh dosa dan kesalahan kita kepada Allah SWT. Oleh karenanya, agar dosa dan kesalahan itu tidak terus menerus dikerjakan, maka Allah memberikan  teguran dengan cara yang Allah kehendaki. Seperti dalam firmanNya Allah SWT menegaskan.

Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (QS. Al Qhashash : 59)

Selanjutnya di ayat lain Allah SWT berfirman lagi:
Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Hud : 117)

Kembali lagi Allah SWT mengingatkan dalam FirmanNya: Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nisaa: 147)

Jelas dan tegas Allah SWT memberikan teguran kepada kita semua agar tidak berlarut-larut melakukan kesalahan dan menumpuk-numpuk dosa kepadaNya. Selain itu, ayat-ayat tersebut merupakan bukti bahwa Allah SWT sangat menyayangi dan mencintai hambaNya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam memiliki kesalahan (dosa). Dan sebaik-baik orang yang bersalah, adalah mereka  yang bertaubat (kembali ke Jalan Allah),” (HR Tirmidzi).
Hadits tersebut secara tegas dan jelas mengingatkan kepada kita semua bahwa setiap kita (manusia) tidak akan luput dari kesalahan (dosa), karena itulah kita dianjurkan yang sering mengoreksi diri kita masing-masing. Selanjutnya berupaya terus mendekatkan diri kepada Allah bertaubat dan memohon ampunanNya agar kita menjadi golongan orang yang beruntung.
Musibah yang datang menimpa kita merupakan  bahwa Allah masih sayang kepada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, niscaya Allah akan menyegerakan hukuman baginya di dunia dan jika Allah menghendaki keburukan pada hamba-Nya niscaya Allah akan mengakhirkan hukuman atas dosa-dosanya sehingga Allah akan menyempurnakan hukuman baginya di akhirat kelak,” (HR Imam Tirmidzi).
Semakin jelas dan gamblang bahwa Allah selalu mencintai hambaNya walaupun diantara hamba-hambaNya masih berlumuran dosa dan kesalahan. Karenanya datangnya musibah yang menimpa diri kita hanya semata-mata mengingatkan kepada kita agar kembali ke jalan yang benar. Sehubungan dengan itu, apabila musibah datang menimpa diri bisa disikapi sebagai teguran Allah dan selanjutnya sabar menghadapi. 
Satu hal yang sangat penting untuk diketahui adalah bahwa datangnya musibah yang menimpa kita bukanlah sebagai kejadian yang sia-sia. Orang mukmin yang bersabar dan lapang dada dengan datangnya musibah yang menimpa diri akan diganjar dengan pahala oleh Allah SWT.
Tanah retak akibat Gempa

Sikapilah Musibah itu Sebagai Penebus Dosa

Sesungguhnya penyebab musibah yang menimpa manusia adalah dosa dan kemaksiatan yang mereka lakukan. Karena itulah sudah selayaknya jikalau musibah yang menimpanya diterima sebagai penebus doa. Perihal tersebut telah disyari’atkan dalam ayat-ayat suci Al Quran sebagaimana dalam Firman Allah SWT.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).
Lebih jelas dan tegas di ayat yang lain Allah SWT berfirman :
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allâh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS Asy-Syûra: 30)

Dari firman Allah tersebut di atas menunjukkan kepada kita secara jelas bahwa setiap musibah yang menimpa seorang mukmin selalu mengandung hikmah yang merupakan rahmat dari Allah Ta’ala. Inilah yang selanjutnya mengharuskan kepada setiap orang untuk bersikap sabar dalam menerima datangnya musibah.

Selanjutnya dalam hadits Shahih disebutkan,
"Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum pasti Dia menguji mereka. Maka siapa yang ridha (terhadapnya) maka baginya keridhaan Allah, dan siapa yang marah (terhadapnya) maka baginya kemurkaan Allah." (HR. Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah) Karenanya, orang yang paling banyak menerima musibah adalah para nabi dan rasul. Dengan begitu, Allah mengangkat derajat mereka, meneguhkan kebenaran mereka, dan menjadikan mereka sebagai teladan bagi semua mahluk.
Hal serupa seperti adanya hikmah dibalik sakit dan musibah yang diterangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dimana beliau bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari).


Suatu hari seorang sahabat pernah melaporkan kepada Rasulullah atas kejadian yang pernah sahabat alami, dan selanjutnya  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Jika Allah menghendaki kebaikan terhadap hamba-Nya, maka disegerakanlah balasan (atas dosanya) di dunia. Apabila Allah menghendaki keburukan kepada hamba-Nya, maka Ia biarkan hamba tersebut dengan dosanya sehingga akan dilengkapkan pembalasannya pada hari kiamat." (HR Tirmidzi dan Hakim)

Semakin jelas dan tegas dengan beberapa firmanNya dan diikuti oleh beberapa hadits tersebut di atas menunjukkan bahwa bahwa Allah SWT senantiasa menguji hamba-hambaNya untuk menilai siapa diantara mereka yang memang benar-benar memiliki ketulusan iman. Siapa pula di antara hamba-hambaNya yang sabar, dan yang sanggup bertahan  baik dalam susah maupun senang dalam menerima datangnya musibah. Inilah golongan orang-orang yang beruntung dan yang dirahmati Allah SWT.
Demikianlah Cara Menyikapi Datangnya Musibah Yang Menimpa Diri, dan yang menyadi kuncinya adalah SABAR. Ketika musibah datang menimpa diri, kita bisa sikapi sebagai ujian dari Allah walau berat kita rasakan, kita juga bisa sikapi sebagai teguran dari Allah walau sakit kita rasakan, atau kita bisa sikapi sebagai penebusan  dosa walau harus derita yang kita rasakan. Kita harus menyadari sepenuhnya dan meyakini bahwa semua yang datang dari Allah tentu akan ada hikmah yang bermanfaat bagi kita. Semua itu kita hadapi dengan kesabaran  dan ketulusan hati agar menjadi hamba yang benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT.

Semoga Bermanfaat

Cara Menyikapi Datangnya Musibah Yang Menimpa Diri (Bagian I)



Peristiwa di Aceh - Sumatra Utara

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Cara Menyikapi Datangnya Musibah Yang Menimpa Diri(Bagian I) | Banyak orang yang menilai bahwa Musibah itu memiliki konotasi negatif. Tidaklah demikian, karena musibah itu tidak selamanya dapat diartikan sebagai murka Allah. Begitu pula dengan nikmat, tidak selamanya sebagai pertanda mendapat keridhaan Allah. Akan tetapi keduanya merupakan Sunnatullah (ketentuanNya) terhadap makhlukNya. Dan yang perlu  adalah apa arti musibah?, dari mana asal musibah?, dan mengapa musibah datang menimpa kita?.

Apa itu Musibah ?

Kata "musibah" berasal dari bahasa Arab yang berarti setiap kejadian yang tidak disukai. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa musibah ialah kejadian / peristiwa menyedihkan yang menimpa.  Istilah  ini biasa digunakan dalam kejadian-kejadian yang mengandung unsur-unsur seperti bencana, kecelakaan, kerugian, kehilangan, kematian, dan lain sebagainya.

Firman Allah SWT.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak (pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” [QS An Nisa`: 78].

Pengertian serupa seperti dalam hadits riwayat Bukhari rhm dan Muslim rhm dinyatakan sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan sejumlah jenis musibah, antara lain : rasa lelah, sakit, resah, sedih, derita, galau, hingga tertusuk sebuah duri sekali pun.

Dari Mana Asal Musibah?

Segala sesuatu kejadian atau peristiwa pastilah ada asal usulnya, termasuk musibah dari mana datangnya?
Allah penguasa alam raya, dengan kuasa-Nya, Allah dapat berbuat apa saja tanpa ada seorang pun yang mampu menghalanginya. Allah berkenan memberi apa saja kepada kita, Allah pun mampu mengambilnya kembali dari kita.
 
Allah SWT berfirman:


“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” [QS Al-Isra’: 16]

Di ayat yang lain Allah SWT menegaskan dalam berfirmanNya:

“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).” [QS Al-Isra’: 58]

Untuk itu apabila  Allah SWT telah menaqdirkan musibah datang menimpa kita, maka pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebabnya. Sungguh tidaklah mungkin Allah SWT melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya, dan yakinlah akan ada  rahasia atas datangnya musibah  tersebut. Allah pasti menyimpan hikmah di balik setiap yang ditaqdirkanNya. Karena itulah, sungguh sangat tidak patut  bagi kita untuk terlalu banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah SWT  Lebih ironis lagi jika kita sampai mengumpat taqdir. Na’udzu billah.


Mengapa Musibah Datang Menimpa Kita?


Allah SWT berkehendak mengaruniakan kebaikan yang kita inginkan, Allah pun berhak menurunkan keburukan  yang tidak kita harapkan. Begitupun datangnya musibah yang menimpa kita juga dalam kuasa-Nya. Kehidupan manusia di dunia ini hampir tak pernah sepi dari musibah yang datang silih berganti, mulai dari yang kecil sampai yang besar, dari yang ringan sampai yang berat. Namun, meskipun musibah itu adalah ketentuan dari Allah, namun musibah itu terjadi disebabkan karena kesalahan manusia itu sendiri yang berbuat kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Allah SWT berFirman:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” [QS An Nisa`: 79]


Di ayat lain Allah SWT menegaskan dengan FirmanNya:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Apa saja musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan kalian sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan itu).” [QS Asy Syura: 30]


Dari ayat-ayat tersebut di atas sudah cukup untuk membuktikan bahwa mengapa musibah datang menimpa kita. Tidak lain adalah karena terlalu banyaknya kesalahan dan dosa-dosa yang telah dilakukan manusia.


Artikel tentang Cara Menyikapi DatangnyaMusibah Yang Menimpa Diri (Bagian I)   bersambung di postingan berikutnya.

ISTILAH DAN ARTI LAFADZ-LAFADZ ISLAMI



Alhamdulillah - Allahu Akbar
IstilahDan Arti Lafadz-Lafadz Dalam Islam. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui dan kita dengar bahwa diantara kita pernah atau bahkan sering melafadzkan istilah-istilah islami. Karenanya patutlah kita mengagumi mereka yang gemar membiasakan ucapan baik dalam kehidupan mereka. Akan tetapi ada kalanya diantara mereka yang harus disayangkan karena dalam melafadzkan tidak tepat pada situasi dan keadaannya.
Misalnya  dalam mengucapkan Subhanallah yang berarti Mahasuci Allah, tertukar dengan ungkapan Masya Allah  yang berarti Itu terjadi atas kehendak Allah. Contoh ketika mendengar perihal yang  baik atau  melihat sesuatu yang  indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah. Padahal, seharusnya kita mengucapkan Masya Allah yang bermakna “hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Untuk itulah berikut ini saya menyajikan kumpulan istilah/lafadz islami beserta artinya agar supaya menambah perbendaharaan kata.

Kumpulan Istilah/Lafadz Islami


Alaihis Salam yang bermakna Semoga keselamatan dilimpahkan kepadanya.
Alhamdulillah artinya adalah "Segala Puji Bagi Allah" (Tahmid)
Allahuakbar artinya adalah "Maha Besar Allah" (Takbir)
Astagfirullah adalah Aku memohon ampunan kepada Allah, merupakanbagian dari ungkapan taubat seseorang kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukannya, baik dosa besar maupun dosa kecil.
Astaghfirullah hal adzimartinya adalah "Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung" (Istighfar)
Audzubillah himinasyaitonirrajimartinya adalah "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk"
Azza wa Jalla  ungkapan yang disematkan pada lafadz Allah selain Ta`ala. Lafadz `Azza makanya adalah yang Maha Aziz atau Perkasa. Sedangkan lafadz Jalla maknanya adalah Agung.
Jazzakumullah Khoiran Katsiro maknanya adalah Semoga Allah memberikan balasan kepada Anda yang lebih baik dan lebih banyak.
Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah, berarti Keluarga yang selalu diberikan kedamaian, ketentraman, selalu penuh dengan cinta dan kasih sayang.
Laa ilaha Illallahartinya adalah "Tiada Tuhan Selain Allah" (Tahlil)
Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak akan hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak Allah”
Nastaghfirullah hal adzim  artinya adalah "Kami mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung" (Istighfar Jamak)
Naudzubillah himinasyaitonirrajimartinya adalah "Kami berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk"
Naudzubillahi mindzalik adalah ungkapan meminta perlindungan kepada Allah dari bahaya atau madharat sesuatu hal.
Radhiyallahu`anhu/`anha / `anhum.
Lafadz ini juga merupakan ungkapan dan do'a yang disematkan kepada para sahabat Rasulullah SAW. Maknanya adalah Semoga Allah meridhainya. Bila kata terakhirnya `anhu maka dhamirnya untuk dia satu orang laki-laki. Bila kata terakhirnya `anhum maka dhamirnya mereka (jama`) dan bila kata terakhirnya `anha maka dhamirnya untuk dia seorang wanita.
Shallallahu`alaihi Wa Sallam, sebuah lafadz yang di sunnahkan kepada kita untuk mengucapkannya ketika menyebut nama Rasulullah SAW. Artinya adalah Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya.
Subhanahu wa Ta’ala. berarti Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
Subhanallah artinya Mahasuci Allah (Tasbih) tepatnya digunakan untuk mengungkapkan “ketidaksetujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu mendengar ada keburukan, kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan Subhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan demikian) 
Taqobbalallahu Wa Minkum  artinya, semoga Allah menerima DAN dari kamu.
Wallahu a’lam bishshowab adalah ungkapan untuk menyatakan bahwa kita mengembalikan kebenaran itu hanya kepada Allah.

Demikian postingan artikel saya tentang Istilah Dan Arti Lafadz-Lafadz Dalam Islam semoga bermanfaat.



Salam.